1. Rumah tangga yang anggotanya banyak memahami tentang agama islam. Mereka adalah keluarga yang berislam secara kaffah, mereka adalah para mukmin yang sentiasa istiqomah di jalan Allah. Misal, suami yang mencari nafkah dengan cara halal, istri yang patuh pada suami, dan anak-anak yang soleh.
Rabbana Hablana Min Azwaajinaa, Wadzurriyyatinnaa Qurrata a'yunin, Waj'alna Lil Mutqiina Imaaman, (Yaa Tuhan kami, anugrahkanlan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa)(QS. Al Furqon :74)
2. Rumah tangga yang anggota keluarganya saling menghormati dan menghargai. Misalnya saja dalam permasalahan panggilan, cara bicara, dan sikap sehari-hari. Setelah menikah seorang lelaki akan menjadi suami yang menjadi pemimpin dalam keluarga. Sedangkan sang wanita akan menjadi seorang istri. Keduanya tidak dapat bersikap semaunya lagi karena sudah ada ikatan.
Masing-masing memiliki peran yang saling melengkapi suatu sama lain bukan saling menyaingi. Seperti bahan bangunan yang saling melengkapi satu sama lain hingga tersusun rapi menjadi sebuah bangunan yang kokoh. Jika suami istri tidak tahu posisi dan kewajibannya maka keluarga yang dibina akan hancur, seperti bangunan yang tidak tersusun rapi hingga lama-lama bangunan tersebut akan runtuh. Anggota keluarga harus saling menyayangi, jangan merendahkan satu sama lain. Orang tua juga harus mendidik anaknya dengan cara yang islami, jangan memakai kekerasan atau bentakan.
3. Allah memberikan rizki pada tiap keluarga, terutama pada keluarga yang pandai bersyukur dan merasa cukup. Tidak berkeluh kesah dan menggerutu, sekecil apapun nikmat yang mereka dapat. Mereka percaya bahwa Allah akan menambahkan nikmat pada hamba-Nya yang pandai bersyukur dan merasa cukup.
Keluarga yang bersyukur juga bisa ditunjukkan jika memiliki anak yang manis, sehat dan pintar tidak menimbulkan perasaan ujub (sombong). Sebaliknya kalau ditakdirkan dikaruniai anak yang tidak sempurna (cacat) maka harus percaya itu bukanlah sebuah musibah. Meski anak tidak sempurna, misalnya cacat pada tangan, kakinya, tidak dapat mendengar, atau berbicara, janganlah disia-siakan. Siapa tahu anak inilah yang akan mengangkat derajat orang tuanya di mata Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ini terjadi kalau sebagai orang tua kita Ridha menerimanya, tetap menjaga, merawat, mendidik, dan tetap memuliakannya sama dengan anak kita yang lain.
4. Allah memberkahi keluarga yang sederhana pada kehidupan sehari-harinya. Tidak menghamburkan uang, tidak menyiakan nikmat. Harus paham dan memilah mana sesuatu yang penting mana yang kurang penting dan mana yang tidak penting.
5. Rumah tangga yang anggotanya selalu mengintropeksi diri. Bila ada konflik dalam keluarga, jangan langsung menyalahkan pihak lain. Tapi intropeksi diri dulu, apa yang salah dari kita, mungkin sikap kita kurang baik, entah egois atau manja, atau kurang respect terhadap anggota yang lain. Jangan gengsi untuk meminta maaf pada anggota keluarga.
pernyataan ini dikutip dari sebuah fanspage salah satu jejaring sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar